-->

Aku menikahimu bukan untuk bermain denganmu



     Ada sepasang suami istri, mereka menikah setelah melalui kisah cinta yang begitu indah. Tepatnya dua minggu dari waktu pernikahan mereka sang suami bangun pagi untuk bersiap-siap pergi bekerja. Dia menuju ke kamar mandi untuk membasuh mukanya, dan ketika bercermin dia melihat wajahnya belepotan penuh warna-warni.

     Istrinya masih muda, kekanak-kanakan, dan gadis yang polos. Dia mencoret-coret wajah suaminya disaat tertidur, dia melakukan semua itu penuh dengan cinta dan harapan mereka akan tertawa bersama ketika menyadari hal itu di pagi hari nanti. Sang suami mencuci mukanya sambil tak bersemangat, dia pun pergi ke dapur untuk minum segelas kopi seperti kebiasaannya setiap pagi. Dia tak menemukan segelas kopi satupun disana, dia semakin tak bersemangat dan menemui istrinya.

     Sang istri pun tersenyum karena dia akan mengira bahwa suaminya menertawakannya, dan mulai berkata-kata romantis untuk dirinya. Namun apa yang terjadi????

Suaminya menamparnya hingga dia tersungkur ke lantai sambil berteriak “Aku menikahimu bukan untuk bermain denganmu, Aku adalah seorang lelaki bukan seorang anak kecil. Aku menikahimu untuk memulai sebuah keluarga dan mempunyai keturunan, agar aku menjadi seorang lelaki jantan di mata semua orang. Apakah kamu menginginkan menjalani kisah-kisah romantis seperti yang ada di film ataupun novel yang kamu baca? Sadarlah, cerita-cerita itu tidak bisa membangun sebuah rumah, makanan, maupun mendatangkan seorang bayi. Hari ini aku akan mengundang teman-temanku untuk makan siang di rumah, aku ingin semua makanan siap ketika aku sampai rumah nanti. Apakah kamu paham?”
     Dia pergi berangkat seakan menunjukkan kepada dunia bahwa dia adalah kepala keluarga yang berkuasa di rumah itu. Dia meninggalkan istrinya dan melukai hatinya, menangis dengan keras sehingga nafasnya tersengal-sengal, dadanya sesak karena sedih yang sangat mendalam. Dia jatuh sakit, tubuhnya sangat lemah. Lalu dia pun bergegas pergi untuk menyiapkan makan siang, dan airmata tak mau berhenti mengalir dari pipinya yang lembut itu.

     Sang suami menceritakan kepada salah satu temannya sambil tertawa mengenai apa yang ia alami bersama istrinya tadi pagi. “Mereka pikir bahwa pernikahan itu semua tentang cinta dan keromantisan saja. Beginilah bagaimana wanita harus diperlakukan, kawan, atau dia takkan pernah mempelajari arti tanggung jawab didalam rumah tangganya. Dia takkan menjadi ibu yang baik. Dia harus tahu bahwa pernikahan tidak hanya sekedar seperti apa yang dia lihat maupun yang dia baca dalam cerita fiktif belaka. Itu semua hanya cerita-cerita dengan tujuan meraup keuntungan dalam dunia hiburan. Mereka butuh belajar bahwa pernikahan itu bukan hanya sebuah permainan ataupun sebuah kisah novel”.
    Tetapi tiba-tiba temannya tidak menyukai pendapatnya dan langsung menyela perkataannya “Laki-laki macam apa engkau? Kenapa kau begitu kasar terhadap istrimu? Apakah seperti itukah yang dinamakan seorang suami? Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : ‘Berlemah lembutlah terhadap wanita, karena mereka seperti gelas-gelas kaca.’ Kau harus menyelesaikan setiap masalahmu dengan mereka tanpa kekerasan, dan bersikap lemah lembutlah, serta jangan menyakiti hatinya. Rasulullah bersabda ‘Dunia ini adalah kesenangan-kesenangan sementara, dan kesenangan sementara yang terbaik di dunia ini adalah seorang istri shalihah’

     Berhati-hatilah saat kamu menyebutkan satu hal kecil seperti tentang memasak atau memiliki buah hati. Ini bukan sebuah keharusan untuknya, namun bersikap baik kepadanya akan membuat istrimu lebih mencintaimu dan bersemangat dalam menjalankan tugasnya di rumah, dia akan melakukan semua tanpa harus kau menyuruhnya. Kau harus tahu bahwa dia bukan pembantumu. Kembali ke fitrahmu sobat, dan bertaubatlah kepada Allah. Kembalilah ke istrimu, hargai dia dan jangan membuatnya sedih kembali”

     Sang suami pun tersadar, dia sedih penuh penyesalan atas apa yang telah ia lakukan kepada istrinya. Dia pun memutuskan langsung menelepon istrinya untuk membatalkan pertemuan dengan teman-temannya di rumah, dan agar mempersiapkan makanan hanya untuk mereka berdua saja. Telepon terus bordering namun tidak ada jawaban sama sekali. Dia kembali ke rumah, sesampainya disana dia menekan bel beberapa kali, namun tidak ada yang menyahutinya. Di lupa membawa kunci rumah karena tadi dia langsung pergi kerja dalam keadaan bosan. Tiba-tiba teleponnya bordering, ternyata dari adik iparnya.          Istrinya menelepon adiknya disaat dia merasa tidak baik dan memintanya agar dibawa ke rumah sakit. Adik iparnya bilang “Kak, kita berada di Rumah Sakit” suaranya sangat lemas penuh kesedihan yang membuat hati sang suami itu hampir tak bisa menghentikan ketakutannya, dan dia membatin “Jangan2 ada sesuatu buruk terjadi dengan istriku”

Dia memanggil taxi lalu pergi ke Rumah Sakit. Setelah sampai disana dia menemukan semua keluarga besar istrinya sedang menunggu. Ada kesedihan di wajah-wajah mereka. Dia berpikir bahwa mereka akan memarahi dirinya namun kelihatannya mereka tidak tahu apa yang telah terjadi.

     Dia memberi salam kepada semuanya sambil menunggu dokter keluar dari ruang istrinya. Setelah beberapa jam dokter pun keluar sambil menundukkan kepalanya dan berkata “Dengan berat hati kami turut berduka cita, semoga ampunan Allah terlimpahkan untuknya. Jantungnya sudah terlanjur lemah ketika dibawa kemari untuk kami tangani” setiap orang menangis terutama sang suami. Dia menyesal dan menyalahkan dirinya sendiri. Ibu dari sang istri langsung yang memandikannya dan dia dikuburkan di hari yang sama.

     Di sore hari sang suami kembali ke rumah setelah mengambil kunci rumah dari adik iparnya. Dia masuk ke dalam rumah dan menemukan meja yang tertutup. Dia membuka tutup meja itu lalu terhidanglah makanan yang sangat lezat dan dia melihat sehelai kertas tergantung di pintu freezer. Tertulis 
“Cintaku, Aku minta maaf karena aku menghancurkan waktumu bersama teman-temanmu, aku minta maaf karena aku ingin engkau keluar dari fitrahmu sebagai seorang laki-laki, maafkan aku karena ingin mendengar kata-kata romantis keluar dari mulutmu, lalu memelukku dan berkata bahwa kau mencintaiku. Maafkan aku karena sifat kekanak-kanakanku, aku hanya ingin engkau memperlakukanku seperti seorang anak kecil. Aku berharap teman-temanmu akan menyukai masakan ini, dan aku berjanji aku takkan membuatmu sedih maupun bosan lagi. Aku berjanji kepadamu, aku sangat mencintaimu sayang”
Dia melihat ke meja dan melempar semua makanan disekitarnya, dia menangis penuh kesedihan dan penyesalan sambil menunduk dia berkata, “Apa yang telah aku lakukan kepadamu sayangku, aku membunuhmu dengan kekejamanku, Maafkan aku”
Dari cerita ini kita belajar sebagai seorang suami yang baik kita harus berlemah lembut kepada istri, bukan menyakitinya, bukan memberikan kekerasan untuknya

hati seorang wanita digambarkan seperti gelas-gelas kaca, apabila dia jatuh lalu pecah maka untuk mengembalikannya seperti semula tidak semudah perkiraan, bekas-bekas pecahan itu masih terlihat.

Jadi mulai sekarang belajarlah untuk menghargai istrimu

Allah berfirman di dalam Qur’an :
وَمِنْ اٰيٰتِهٖۤ اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوْۤا اِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَةً   ۗ  اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ
"Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir."

(QS. Ar-Rum 30: Ayat 21)

Selesai
Cerita ini diambil dari Kisah Nyata


0 Response to "Aku menikahimu bukan untuk bermain denganmu"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel